Kelompok pembobol jaringan perbankan antarnegara diperkirakan berhasil merampok uang US$ 1 miliar atau sekitar Rp 12 triliun dari ratusan bank dan lembaga keuangan di Amerika Serikat, Jerman, Cina, dan Ukraina sejak 2013.
Direktur operasi perusahaan antivirus Kaspersky Labs, Christopher Dogget, mengatakan kelompok yang disebut Carnabak ini menggunakan metode peretasan lebih canggih daripada yang sebelumnya ada.
"Kami melihat kejahatan dunia maya jenis ini berada di level yang berbedadari kejahatan lain," ujar Dogget kepadaCNN, Senin, 16 Februari 2015.
Kelompok ini menggunakan program penyusup bernama Botnets, yang masuk melalui sampah surat elektronik alias spam pribadi pegawai bank. Surat elektronik yang terbuka akan menjadi pintu masuk pembobol ke jaringan internal bank.
Dengan akses ini, peretas juga mampu mengendus sensor Antifraud di jaringan internal bank. Akhirnya, alarm internal bank atas pergerakan virtual yang mencurigakan menjadi nonaktif, sehingga pembobol bisa memindahkan uang tanpa diketahui pihak bank.
Sedangkan untuk dana nasabah, pembobol meretas rekening dan ATM dengan kode rahasia. Kode ini dapat mencocokkan informasi rekening nasabah dengan PIN, sehingga uang lebih mudah diraup.
Berdasarkan hasil investigasi Interpol, Europol, dan Kaspersky, peretas memakan waktu rata-rata dua-empat bulan untuk merusak jaringan komputer dan membobol bank. Kaspersky menemukan bukti lebih dari US$ 300 juta dana nasabah raib, sisanya adalah dana internal bank.Uang yang sudah didapat dipindahkan pembobol melalui jaringan antarbank bernama SWIFT (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication).
Kaspersky mencatat, pemindahan dilakukan berkali-kali ke sejumlah rekening di berbagai negara dengan cepat.Fox IT, perusahaan keamanan Internet asal Belanda, menduga paraperetas ini berasal dari kelompok kecil asal Rusia. Diduga, kelompok yang sama juga mendalangi perampokan sejumlah bank Rusia tahun lalu
Tambahkan Komentar